Minggu, 26 November 2017

Genius Doctor: Black Belly Miss Bahasa Indonesia - Chapter 5



Chapter 5 - Istana Lin (2)

Pria itu adalah orang yang melukainya dan mendorongnya ke jurang. Jika bukan karena pohon-pohon yang tumbuh di tebing yang menghambat jatuhnya, dia tidak akan memiliki kesempatan kedua untuk hidup.

Bukan bunuh diri, tapi pembunuhan.

Jun Wu Xie dengan cepat menganalisa situasinya. Kalaupun pria bertopeng hitam itu adalah Pangeran Kedua sendiri tidaklah masalah. Hal ini pasti berkaitan dengannya.

Jun Xian telah memberikan kontribusi besar dalam perluasan wilayah Kerajaan dengan pasukan elitnya - Tentara Rui Lin. Tidak ada orang lain yang ingin bermusuhan dengan mereka kecuali jika mereka ingin cari mati! Bahkan Kaisar saat ini bersikap sopan terhadap Jun Xian.

Yang Mulia masih memperlakukan Lin Palace dengan perhatian ekstra namun pembatasan keluarga Jun tampak terlihat jelas. Jun Xian memiliki dua anak laki-laki, tapi salah satu meninggal dan yang lainnya cacat, hanya meninggalkan sampah seperti Wu Xie yang hanya tahu bagaimana cara untuk bersikap angkuh. Masa depan keluarga Jun tampak suram.

Bisa dikatakan bahwa Istana Lin saat ini ibarat seperti macan kertas, pusat utama kekuatan keluarga Jun, Jun Xian sudah berusia di atas tujuh puluh tahun.

Setelah begitu banyak hal yang dia lalui terutama sejak  perang besar yang menyebabkan dia kehilangan putra sulungnya dan melumpuhkan anak laki-lakinya yang lebih muda, semua kesulitan itu telah menyebabkan kesehatan Jun Xian memburuk ditambah dengan serangan penyakit dan usianya, dia takut kalau dia sudah tidak punya banyak waktu yang tersisa. Akhir-akhir ini, keluarga kerajaan telah bertindak lebih terang-terangan terhadap istana Lin.

Kondisi Jun Wu Xie bisa jadi adalah ulah Keluarga Kerajaan untuk melemahkan Istana Lin.

[Sudah jelas bahwa pangeran kedua tidak lagi menganggap Istana Lin dan bahkan berani bertindak begitu lancang.]

Kucing hitam itu bergumam. Mula-mula sempat mengira pemiliknya terlahir kembali ke rumah yang harmonis, tapi dia tidak menyangka jika dia akan terlibat dalam situasi seperti ini dimana dia masih harus berjuang demi kelangsungan hidupnya sendiri.

Jun Wu Xie mengangkat alisnya sedikit.

Kucing hitam kecil itu segera meringkuk membentuk bola, mengubur kepalanya di antara kedua kaki berbulu itu.

Melihat bahwa cucunya terdiam, kemungkinan besar masih merasa takut, Jun Xian tidak mengomel lagi. Dia, dengan penuh kasih sayang kemudian berkata pada Wu Xie.

"Tidak apa-apa, selama kau kembali, beristirahatlah dengan baik, jika kau memerlukan sesuatu, panggillah kakakmu."

'Kakak?'

Jun Wu Xie mengingat-ingat kenangan tentang kakakny tapi dia tidak menemukan "kakak". Jun Xian hanya memiliki dua anak laki-laki, putra sulungnya adalah ayahnya, sementara ibunya meninggal segera setelah melahirkan Jun Wu Xie. Dalam perang naas itu, dia telah kehilangan ayahnya di medan perang yang berdarah dan pamannya terluka parah dan menjadi cacat.

"Wu Yao, masuklah dan jaga adikmu, aku akan keluar sebentar." Seru Jun Xian.

Pintu terbuka dan sosok pria jangkung bisa terlihat.

Wu Xie menatap "kakak laki-lakinya" dengan takjub.

Wajah tampan yang indah seperti karya Tuhan yang paling sempurna, sepasang mata yang hitam pekat, layaknya gelapnya malam.

"Ya." Pria itu tersenyum.

Jun Xian mengangguk puas, dia berulang kali mengomeli Wu Xie untuk beristirahat sebelum meninggalkan mereka berdua.

Di salah satu ujung ruangan ada Jun Wu Xie dan di ujung lain berdiri Wu Yao yang menyilaukan.

Saat berikutnya, sebuah bayangan hitam keluar dari tubuh Wu Xie dan di depan Wu Xie berdiri seekor kucing hitam kecil yang dengan sigap menjaganya sambil berdiri di samping tempat tidur, mulut kecil itu sedikit terbuka menunjukkan gigi tajamnya sambil mengeluarkan suara berdesis.


Jun Wu Yao dengan santai menatap sosok mendesis yang kecil itu saat dia dengan santai berjalan mendekat dan perlahan menarik kursi. Dia duduk di kursi dan menyilangkan kakinya, tatapannya mendarat pada Jun Wu Xie.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar