Senin, 27 November 2017

Solo Clear Bahasa Indonesia - Chapter 2




Chapter 2 - Tempat latihan (2)

Sial.

Kepalaku mulai berdenyut seakan aku terkena pukulan keras. Seperti seperti terbangun setelah dibius. Aku juga merasa tidak enak badan hingga rasanya aku ingin muntah.

"…Ha."

Aku tidak yakin di mana aku saat ini, tapi aku tahu aku sedang berbaring di tempat yang dingin. Itu datar, tapi tidak senyaman tempat tidur. Dengan menarik napas panjang, aku mencoba mengingat apa yang terjadi. Setelah mendengar suara aneh di terowongan, aku jatuh pingsan.

"Apa sebenarnya itu?"

Rasanya seperti iblis sedang bermain denganku. Sambil duduk, aku melihat ke sekelilingku.

"Kupikir dia sudah bangun."

Tidak jauh dariku, aku mendengar suara yang familier. Anggota grup yang seharusnya melakukan kegiatan layanan masyarakat denganku menatapku.

'Sial.'

Berpikir ini semua terjadi karena orang-orang itu, aku sangat ingin memukul mereka.

"Tch. Ayo cepat pergi. Kita sudah sangat terlambat, tapi kalau kita pergi sekarang, mereka mungkin akan memaafkan kita. "

Toleransi orang tua biasanya tinggi, mereka tidak akan banyak bicara hanya karena terlambat dua jam. Aku mungkin akan pergi dengan orang-orang yang kekanakan seperti mereka ...

Ada yang aneh. Mereka mengalihkan perhatian mereka begitu mereka melihat ekspresiku. Sebuah ruangan serba putih. Tidak ada kata lain yang bisa menggambarkan tempat ini.

"…Dimana aku?"

Tidak ada yang menjawab. Setiap orang memiliki ekpresi gelap di wajah mereka.

"Aku tidak yakin. Hanya yang aku yakin adalah aku berjalan masuk ke terowongan itu. "

Pria dengan kacamata yang kulihat tadi menjawab.

"Bagaimana dengan pintu keluar?"

"Ada satu pintu di sana, tapi tidak bisa dibuka."

Melihat tempat yang ditunjukkan jarinya, ada sebuah pintu dengan gagang pintu. Dia tahu mereka sudah berusaha membukanya, tapi dia merasa perlu mencobanya sendiri.

Screech!

Seolah pintunya terganjal oleh sesuatu, sama sekali tidak bergerak.

[Anda tidak bisa lewat sampai Anda memilih senjata]

Terkejut dengan hologram yang terpajang di layar hijau, ia hampir terjatuh ke belakang.

'Pilih senjata? Apa artinya?'

Dia mengernyitkan dahinya karena dia harus mendapatkannya dan saat ini dia tidak memilikinya. Tanpa mendapatkan hasil, aku kembali ke grup.

"Kupikir kita terkunci di sini."

Orang kaya itu maju selangkah dan mulai berbicara. Dia tidak banyak bicara selain menjelaskan situasi saat ini.

"Siapa yang mengunci kita di sini?"

"Kami sudah berada di sini selama dua jam. Cepat dan cari jalan untuk keluar. "

Para gadis mulai gugup dan mengharapkan para pria untuk mengatasi situasi ini. Sikap mereka yang tidak ingin membantu membuatku frustrasi.

'Hey kalian! Bahkan priapun akan takut saat mereka terjebak di sebuah ruangan !!'

Sudah sekitar 10 menit sejak aku sadar dan aku sudah merasa frustrasi, aku jadi merasa takut.

"Seharusnya aku tidak bersikap seperti ini."

Mari kita tetap tenang sejenak. Marah hanya akan memperburuk kondisi tubuhku. Sudah jelas orang-orang ini hanya menatapku saat aku pingsan. Melihat mereka, itu sudah jelas. Mereka setidaknya memeriksa apa aku masih hidup.

'Shit.'

Bahkan jika aku ingin tetap tenang, sikap meraka membuatku kesal. Okay. Jika diingat-ingat, ini baru 30 menit sejak kami bertemu. Meminta mereka untuk bersikap baik, mungkin aku terlalu berharap banyak dari mereka.

"Tidakkah sebaiknya kita bertanya kepada orang-orang di sana?"

Apa ada orang lain? Kenapa mereka tidak melakukannya dari tadi? Seperti yang ditunjukkannya, di sudut ruangan, ada sekelompok anak laki-laki dan perempuan. Melihat pakaian mereka, sepertinya mereka sedang hiking.

'Wow.'

Wajah mereka tampak seperti mereka memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan mafia.
Selain itu, gadis-gadis itu tampak seperti berandalan di SMA suka membuli di gang-gang gelap.
Tentu saja aku tidak ingin mendekatinya. Juga, sepertinya kelompok itu tidak tertarik pada kita.

"Orang-orang itu ada di sana sejak kita sadar. Mereka mungkin tahu sesuatu yang tidak kita tidak tahu."

Orang kaya itu mengungkapkan pikirannya.

"Kenapa kau tidak pergi dan bertanya?"

Mata kelompok itu tertuju padaku lagi. Sikap mereka adalah alasan lain mengapa aku tidak suka berkelompok. Itu karena mereka memanfaatkan anggota yang paling lemah. Selain itu, cara mereka memerintahku membuatku tidak nyaman.

"Tidak masalah, tapi jangan harap aku memberi tahu kalian setiap detail informasi yang aku dapatkan dari mereka."

Begitu aku menyatakannya dengan ekspresi tegas, kelompok tersebut membuat ekspresi terkejut.
Setelah mereka memperkalukanku seperti itu, tidak ada alasan bagiku untuk bekerja sama dengan mereka. Bagaimana kalau kita belajar tentang konsep memberi dan menerima? Jika mereka memberiku tumpangan sebelumnya, mungkin aku akan berubah pikiran.

"Ayo ... pergi bersama saja."

Seorang gadis dengan rambut cokelat pendek pasti sudah tahu kalau aku serius.

"…Baiklah."

Wajah orang kaya mulai berubah merah saat semuanya tidak berjalan seperti yang dinginkannya. Melihat bagaimana dia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang mendengarkan permintaannya, pastilah memalukan untuk diabaikan seperti ini. Bahkan para gadis itu tampak seperti mereka lebih mempercayaiku dari dua orang lainnya. Akhirnya, kami berjalan mendekati kelompok yang berada di pojokan.

"Permisi. Kami sudah saling mengenal sehingga mungkin tidak masalah, tapi Anda belum, kan? "

"Betul."

Seorang pria dengan potongan rambut ala militer mendekati kami. Dalam kelompok kami, dia memiliki otot yang kuat dan tubuh yang besar. Aku yakin dia ahli dalam menggunakan kekuatannya.

"Namaku Choi Min Ki. Pria dengan kacamata itu adalah Goo Tae Myung. Dan pria di tengahnya adalah Han Ji Suk. Ji Suk adalah anak dari CEO sebuah perusahaan terkenal. Aku yakin kau tahu Oh Sung Group. "

Hanya dengan mendengar namanya saja membuat orang terkesiap. Mungkin itulah sebabnya dia begitu percaya diri. Jika dia dilahirkan di keluarga kaya seperti itu, kenapa dia tidak pergi ke luar negeri untuk sekolah di sana?

"Dia benar-benar pemilih saat berhubungan dengan wanita. Tapi gadis-gadis Amerika tidak menyukainya. Mereka bilang mereka tidak menyukai penampilannya atau semacamnya. "

Dia hanya beberapa meter di belakang kami. Jika dia mendengar aku mengatakan ini, aku ingin tahu ekspresi seperti apa yang akan dia buat. Tidak, lebih dari itu, aku tidak yakin mengapa Choi Min Ki mengatakan ini padaku.

Jika dia adalah sahabatnya, mengapa harus berbicara di belakang punggungnya?
Karena dia tidak bisa mengatakannya langsung di depannya, dia mungkin banyak bicara di belakangnya.

"Gadis imut dengan rambut pendek ini adalah Lee Seul Ki. Gadis dengan rambut panjang dan tubuh yang bagus adalah Oh Ha Na. Mereka berdua mahasiswa baru dan orang-orang lainnya adalah yunior. "

"Oh begitu."

"Kamu bilang kamu Kang Jin Woo, kan?"

"..Ya."

"Karena ini takdir, ayo mencoba berteman."

Jika ini bisa dianggap takdir, maka kurasa memang begitu.

Astaga. Kami tidak berbicara lama, tapi kepalaku mulai terasa sakit. Melihat ekspresi Choi Min Ki yang lega membuat rasa sakit itu semakin parah. Aku tidak berencana untuk pergi ke Han Ji Suk dan mengadu padanya. Bahkan jika aku melakukannya, tidak ada artinya. Aku juga tidak akan mendapatkan apapun.

Dalam kelompok itu, Choi Min Ki memiliki hubungan terbaik dengannya. Yang harus dia katakan hanyalah dia tidak melakukannya dan akulah yang akan mendapatkan kebencian. Aku yakin dia hanya berbicara seperti itu karena dia tahu tidak ada hal buruk yang akan terjadi padanya.

"Siapa kalian?"

Kelompok kami dan kelompok lainnya bertemu satu sama lain. Kelompok yang lain sama gugupnya dengan kami. Begitu pria dengan bekas luka di wajahnya mengerutkan mukanya, Han Ji Suk dan Goo Tae Myung mulai gugup.

"Hei, kau hanya menakut-nakuti anak-anak. Kita berdua dalam situasi yang buruk jadi jangan sia-siakan energi kita. Jadi ada apa?"

Orang yang paling mengerti situasi sekarang dari kelompok mendekati kami. Jujur saja, Han Ji Suk, yang memiliki karakteristik pemimpin, seharusnya terus melanjutkan percakapan ... Sepertinya pikirannya ada di tempat lain melihat bagaimana dia baru saja bergumam.

"Kau tahu tentang tempat ini?"

Pada akhirnya, aku berbicara di menggantikan Han Ji Suk.

"Hm. Kami sedang hiking karena kami punya urusan untuk diurus di gunung. Lalu, kami melihat sebuah terowongan dan masuk dan sekarang kami terjebak di sini. "

Itu adalah informasi yang sama dengan kami. Namun, sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu dari kami. Senyum percaya diri mereka menyiratkan bahwa mereka punya banyak informasi. Orang yang berpikir normal tidak akan tersenyum seperti itu tanpa alasan.

"Semakin banyak orang yang kau miliki, semakin baik kesempatanmu untuk melarikan diri."

Dia mulai bergumam. Aku tahu dia tidak mengatakannya tanpa bermaksud apa-apa.

"Beritahu kami apa yang kaulian tahu. Sebagai gantinya, kami akan memutuskan apakah kami akan bekerja sama dengan kalian atau tidak. "



Tidak ada komentar:

Posting Komentar